YAYASAN IBA, IEDUL ADHA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA |19 Nov 2010


Kategori: Universitas IBA

...bukan darah atau daging hewan yang sampaikan kepada Ku, tetapi ketaqwaan mu (QS.22:37) demikian potongan terjemahan Surat Al Haj, ayat 37 tentang ketaatan seorang hamba pada Sang Pencipta yang digambarkan melalui ibadah menyembelih hewan kurban. Bahkan pada suatu peristiwa sahabat nabi sang khalifah Umar Ibnu Khatab membeli beberapa kilo daging untuk dibagikan pada fakir miskin karena dia tidak mampu membeli hewan untuk dikurbankan. Umar meyakini perkara ketaatan kepada Allah dan Rasul bukan pemenuhan unsur syarat fiqih semata yang harus dilakukan tetapi kesungguhan beribadah, keikhlasan dan kepedulian kepada kaum duafa jauh melampui batas kemampuan finansialnya. Dan hal itu sejalan dengan QS.22:37.

Dalam hal pendidikan ketaatan melaksanakan perintah Allah dan Rasul, keikhlasan untuk berkorban, dan kepedulian pada yang lemah dan miskin merupakan sesuatu yang harus diajarkan melalui proses pembiasaan dan mengalami secara langsung. Melalui pembiasaan dan mengalami, anak memahami dan membentuk pengetahuannya tentang yang dibiasakan dan dialaminya. Proses ini juga akan membentuk kebiasaan baik yang menjadi fondasi karakternya kelak. Selanjutnya Insya Allah, seseorang yang sejak kecil  dibiasakan dan mengalami hal – hal positif dalam kehidupannya akan menjadikannya dirinya pribadi yang baik dan akan mampu menjalani hidup berdampingan dan diterima-menerima lingkungan yang berbeda. Hal ini pula sejalan dengan filosofi pendidikan yang diusung oleh Badan Pendidikan Dunia UNESCO : learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together.

Terkait firman Allah dan perintah Rasul, serta tujuan pendidikan yang harus kita capai yaitu membentuk manusia seutuhnya (UU Sisdiknas no. 20 Tahun 2003) maka momen Idul Adha, perlu dioptimalkan sebagai pembelajaran bagi pembentukan karakter siswa. Dan melalui langkah sederhana namun optimal seluruh (murid, siswa dan mahasiswa TK, SD, SMP, SMA dan Universitas)  IBA  mengeluarkan infaq yang dikumpulkan setiap hari sejak awal Oktober, pada  pertengahan November 2010 terkumpul sejumlah uang yang dapat digunakan untuk membeli 2 sapi ukuran berat bersih 80 Kg. Sungguh sebuah pembelajaran berharga yang mulanya diawali dengan keraguan akan aspek hukum terkait atas nama siapa hewan yang diqurban, alhasil beberapa orang tua bahkan mendorong dibuat semacam arisan 7 anak yang berminat - sejak awal menabung untuk membeli 1 sapi. Sebuah bentuk dukungan kesadaran pendidikan yang sangat berharga, semoga dapat kami laksanakan.

Pembelajaran lain dari momen Idul Adha yang dapat menjadi media belajar bagi para siswa adalah mengorganisir  pelaksanaan solat ied dan melaksanakan penyelenggaraan qurba.  Aktivitas ini sangat sarat dengan muatan pembelajaran, antara lain kepemimpinan, keorganisasian, kerjasama, perencanaan, empati, komunikasi, interaksi sosial, sampai pada hal – hal teknis; menguliti, memotong-motong, menimbang daging, dll. Para siswa didampingi guru pembimbing membentuk panitia bersama yang melibatkan seluruh warga sekolah sebagai pelaksana kegiatan Idul Adha.

Kepanitiaan disusun berdasarkan kebutuhan kerja mulai dari menginformasikan kegiatan di lingkungan internal juga pada masyarakat sekitar, menawarkan layanan qurban di sekolah pada orang tua dan masyarakat sekitar, surver hewan qurban, menghitung kelayakan paket daging kurban yang akan disalurkan, menerima hewan qurban dan memeliharanya untuk sementara, mendata dan menghubungi mustahik, menyiapkan berbagai peralatan, mengatur konsumsi, mendokumentasikan kegiatan, melaksanakan pekerjaan teknis; menyiangi daging, menimbang, mengantongi dan menyalurkan pada mustahik (berdasarkan kupon dan ke panti – panti asuhan).

Baik upaya penggalangan dana qurban melalui infaq harian dan keterlibatan siswa pada kerja kepanitiaan, hal ini sangat sesuai dengan prinsip “belajar sambil melakukan” yaitu peserta didik belajar dengan cara mengalami secara langsung (bukan teori). Lewat proses mengalami mereka membentuk pemahamannya sendiri tentang nilai – nilai moral yang ditanamkan. Dan proses ini akan menanamkan pemahaman jangka panjang yang mewarnai pembentukan pribadinya, yaitu peserta didik yang memiliki kepribadian berkarakter peduli, mampu bekerjasama, dapat memimpin dan dipimpin serta ikhlas berkorban. 

Oleh : Drs. H. Misri Tabrani : Kepala SMP dan Ketua Perguruan IBA

Palembang, 18 November 2010

tags:
Shared publicly - 22/11/2010 17:19